[Cerita Hijab Pertamaku] Hijabku Karena Asalku?

"Lia, asalnya dari mana?"
"Dari pandeglang kk"
"Oh.. pantas. Disana, terkenal dengan warganya yang religius ya?"

sumber foto : humaspdg

Sering sekali saya mendengar pertanyaan seperti itu.

Pandeglang, sebuah kota di Utara Provinsi Banten, dimana saya lahir dan menghabiskan Delapan Belas tahun pertama hidup saya disana, memang terkenal dengan warganya yang religius, gadis gadisnya yang cantik *melipir* dan pemandangannya yang indah. Khas pegunungan :)

Ah.. mengingat saat pertamakali saya berjilbab, jadi mengingat masa masa indah dulu saat tinggal di pandeglang.

Adakah yang memutuskan berjilbab karena dorongan lingkungan yang semuanya berjilbab?

Kalau ada, berarti kita sama :)

Saya tinggal di sebuah kampung, dimana sebagian besar wanitanya menggunakan jilbab saat mereka keluar rumah. Lalu bagaimana dengan saya?

Orang tua saya tidak memaksa saya untuk memakai jilbab. Mereka memberi ilmunya, memberi pengertian pentingnya memakai jilbab, tapi menyerahkan keputusannya kepada saya. Apakah saya mau memakai jilbab, atau tidak.

Saat itu, lingkungan memberi peranan penting untuk saya memutuskan berjilbab.
Pertamakali "mencoba" memakai jilbab adalah saat saya duduk di kelas 3 SMP.
Ehhmm.... semester akhir?
Iya.. saat sudah mau lulus SMP, saya baru memakai jilbab.

Pertamakali mencoba memakainya, ada perasaan aneh yang saya rasakan.
Kadang saya bingung menjelaskan bagaimana rasanya. Yang pasti, ada rasa aman yang menjelajah tubuh saya.

Amankah? Tidak.. tidak hanya aman, tapi juga nyaman.
Saya merasakan bagian tubuh saya yang biasanya tidak terbungkus pakaian dan terpanggang sinar matahari saat perjalanan pulang sekolah, sekarang tidak lagi.

Itulah.. Perintah Allah tidak pernah salah bukan?
Semua untuk kebaikan kita.

Lalu, apakah perjalanan berjilbab saya lancar lancar saja hingga sekarang?
Tidak, teman-teman.

Lingkungan agamis ternyata tidak cukup membuat saya istiqomah dengan pilihan saya berjilbab.
Ada saat dimana saya terpengaruh oleh lingkungan baru saat di SMA dan Kampus, sehingga disemester awal setiap saya masuk ketempat baru, pasti saya membuka jilbab saya :(

Maksudnya?
Iya.. Saat kelas satu SMA, saya membuka jilbab saya. Lalu kelas dua dan tiga, saya memakai jilbab lagi.
Saat masuk kuliah, Semester awal perkuliahan pun saya tidak memakai jilbab.

Labil? Yah.. begitulah.

Sedih ya?
Iman saya tidak cukup untuk menghalau bisikan setan yang buas itu.
Lingkungan saya yang agamispun, Perasaan awal berupa aman dan nyaman saat saya pertamakali memakai jilbabpun, dengan mudahnya dilupakan.

Tapi meskipun begitu, saya sekarang mengerti. Itulah proses :)

Proses saya mendapatkan satu cinta dari Allah ternyata tidak mulus. Saya masih harus berhadapan dengan rasa "penasaran", ingin ikut terlihat modis seperti teman teman lain yang tidak memakai jilbab saat itu.

Dulu, memakai jilbab memang dinilai kurang modis. Beda dengan sekarang :)
Dan saya yang saat itu masih remaja, kadang memang galau.

Tapi, Allah menutup pintu kegalauan saya tentang jilbab disana. Di semestar awal saat saya kuliah tahun 2003.

Sejak memutuskan untuk berjilbab lagi, insya Allah saya tidak akan melepas jilbab saya lagi.

Kenapa? Karena saya cinta sama Allah.
Saya gak mau Allah menjauh dari saya, karena saya gak nurut sama DIA :(

Jadi, apakah alasan saya memakai jilbab karena asal dan lingkungan saya?
Jawabannya TIDAK.
Saya memakai jilbab, karena saya ingin dipeluk oleh Sang Maha Penyayang :)

Artikel ini diikutsertakan  dalam "Hijab Syar'i Story Giveaway"