A Letter to X

sumber foto : google

Dear X..
Ada yang memintaku untuk bercerita tentang cinta pertama.
Tapi kamu tau tidak.. aku sebenarnya belum mengerti apa itu cinta pertama.
Apakah itu pertamakalinya aku merasakan bahagia saat melihat teman laki laki?
Ataukah saat aku dengan ceria dan bersemangatnya pergi ke sekolah karena ingin bertemu dengan teman sebangkuku yang memang laki laki?
Ataukah saat aku dengan diam diam menunggumu dibalik pintu, sekedar ingin memastikan apakah kamu pergi ke sekolah atau tidak hari ini?

Ah.. aku bingung..

Saat aku ditanya tentang cinta pertama, aku mencoba mengingat semuanya.
Masa remajaku cukup rumit. Kamu tau kan? aku tidak pandai bergaul.
Teman temanku sedikit, dan pergaulanku juga biasa saja.

Maka dari itu.. aku tidak percaya saat teman sekelasku, yang juga tetanggamu menyampaikan salam mu padaku. Kamu pasti ingat.. ditahun itu, tradisi bertukar salam bisa diartikan juga dengan ingin berkenalan. lucu yah? :)

Dear X,
Kamu ingat? Saat itu aku kelas satu SMA. Dan kamu kelas tiga SMA.
Kita sekolah di tempat berbeda. Kamu, bersekolah ditempat yang memang populer dengan wajah wajah tampan dan cantiknya. Sementara aku bersekolah ditempat yang populer dengan prestasi akademiknya. 

Dulu aku cupuu banget. Kamu ingat kan?
Jujur aku saat itu tidak percaya diri. Aku merasa aku tidak punya keistimewaan apapun.
Kulitku coklat, badanku tidak terlalu tinggi, dan pergaulanku juga biasa saja.
Beda sekali dengan kamu.. Kulitmu putih, badanmu tinggi, dan pergaulanmu luar biasa. 
Aku merasa terlalu biasa saat ada disampingmu.

Aku lupa detik pertama kapan kita saling memperhatikan.
Yang aku ingat, aku dengan diam selalu menunggumu setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah.
Hanya untuk melihatmu lewat. Untuk melihat mukamu meskipun itu kurang dari satu menit saja.
Ah.. Kalau diingat, itu hal lucu yang pernah aku lakukan.

Ohya.. apakah itu berawal dari salam yang saling kita tukar melalui teman sekelasku itu?
Seandainya kamu ada disini, pasti aku akan bertanya.

Dear X,
Kamu sedang apa? 
Aku disini sedang berpikir.. kalau dulu aku mau membuka diriku lebih banyak, mungkin aku tidak akan menyesal seperti ini. Tiga bulan kita saling bertukar salam, tidak pernah sekalipun kita bertemu langsung dan mengobrol. Padahal aku tau.. kamu hanya ingin memulai pertemanan denganku.

Aku bodoh ya? 
Aku lebih mendengarkan orang lain dibanding kamu.

Mereka bilang, teman perempuanmu banyak, dan aku diminta hati hati kalau kamu mulai mendekatiku.
Apakah yang mereka katakan itu benar? sampai sekarang, aku belum bisa menanyakannya langsung padamu.

Yah.. kalaupun memang benar, sebenarnya tidak ada yang salah.
Siapa yang akan menolak berteman denganmu? Kamu pintar, sopan, tampan, berasal dari keluarga baik, semua pasti menyukaimu.

Tak ada yang salah denganmu.. hanya aku yang tidak yakin, apakah aku pantas untuk menjadi temanmu saat itu. Sehingga aku mencari cara untuk menjauh darimu.

Ah.. aku memang bodoh. Tak mempercayaimu, bahkan tak mempercayai diriku sendiri.

Dear X,
Dari sekian lamanya kita saling memperhatikan, akhirnya kita bertemu muka langsung.
Saat itu kita duduk berjauhan, dan tidak berani bertatapan langsung.

Waahh.. ternyata kamu pemalu juga ya? Dua jam pertemuan kita, sebagian besarnya hanya diisi dengan diam. Kamu hanya berbicara saat kamu, memintaku untuk menjadi pacarmu.

X, saat itu aku kaget. Aku tidak percaya kalau kamu pun punya perasaan sama denganku.
Aku terlalu fokus pada cerita teman temanku, yang mengatakan bahwa kamu sudah punya pacar diluar sana. Disekolah yang sama denganmu. 

Aku mempercayai mereka tanpa mencari kebenarannya.
Bahkan tanpa menanyakannya langsung kepadamu.
Maapkan aku..

Dear X,
Saat itu aku menolak untuk menjadi pacarmu, bukan karena aku tidak punya perasaan sama denganmu. 
Kamu tau? hatiku melompat lompat setiap kali mendegar namamu disebut.
Pikiranku tidak tenang apabila sehari belum melihat wajahmu. Itu sebabnya saat itu, aku selalu menunggumu setiap pagi. untuk melihatmu melewati rumahku saat berangkat ke sekolah.

Tapi hanya sebatas itu.. keberanianku ternyata tidak cukup banyak untuk menerima "lamaran" (menjadi pacarmu).
Setelah hari itu, kita berdua seakan menjauh.. aku masih sering menunggumu setiap pagi, tapi kamu sudah tidak lagi menolehkan wajahmu padaku.

.....

Tujuh belas tahun berlalu.
Bolehkah kalau aku bilang aku kangen kamu??

Kalau waktu bisa diulang, aku ingin mengulang hari dimana kamu memintaku jadi pacarmu.
Tidak, bukan aku mau menerimamu hari itu.. aku hanya ingin bilang, aku ingin jadi temanmu.

Iya.. disaat aku belum berani jadi teman spesialmu, aku ingin menjadi temanmu.
Aku ingin bilang, meskipun hari ini aku menolakmu, aku masih ingin berteman denganmu. aku ingin mengenalmu lebih jauh dulu.

Aku menyesal karena tujuh belas tahun lalu, aku tidak mengatakan itu.
Sehingga kamu tiba tiba menjauh dariku. Apalagi, setelah lulus SMA, kamu pindah ke jakarta.

.....

Saat itu aku sedang kuliah. Dan kudengar, kamu sudah bekerja disalah satu perusahaan gas yang berpusat di singapura.
Siang itu, aku sedang duduk dibangku depan.. lalu mama menghampiriku.

"li, masih ingat temanmu X waktu SMA? Dia minggu lalu meninggal karena sakit".
Deg. Aku terdiam.. kaku, kaget, dan tidak percaya.
Saat kuliah, aku memang tinggal berjauhan dengan mama dan pulang hanya saat akhir pekan. Jadi, mama baru memberitahuku kabar itu seminggu setelah kepergianmu..

Aku benar benar tidak percaya..
Laki laki tampan dan sopan itu, kini sudah tidak ada.
Laki laki yang dulu selalu aku tunggu setiap pagi, sudah pergi lebih dulu menghadapNya.
Aku tidak punya kesempatan lagi untuk melihatnya. Untuk meminta maap padanya atas apa yang aku lakukan dulu saat SMA.
Aku tak punya kesempatan bertanya apakah yang dikatakan oleh teman temanku tentang dia itu benar adanya?

Sedih..
Hanya itu yang bisa aku rasakan saat itu.
Dan ketika itu, barulah aku sadar.. kamu adalah cinta pertamaku.

sumber foto : google


Dear X,
Apa kamu bisa melihatku dari atas sana?
Aku sekarang sudah menikah dengan pria pilihanku.
Dia pria baik dan bertanggung jawab. Anakku pun sudah berumur enam tahun sekarang. 
Aku disini, bahagia.

Semoga kamupun disana bahagia.

Allahhummaghfir lahu warhamhu wa'aafihi wa'fu anhu..





Komentar

  1. jika ayahe ci ade baca ini, pasti menjadikan malam ini bertambah mesra, awalnya sih marah dan bertanya ini dan itu, selanjutnya mesraaaaaa....deh sangat.

    semoga kontesnya menang yah...sekalian ijin narsis di follower

    BalasHapus
  2. Kenapa harus berakhir begitu emak ? Hiks

    BalasHapus
  3. haduh, hidup manusia nggak ada yg tahu ya, Tuhan yang menentukan segalanya *sedih

    BalasHapus
  4. waaaa ikutan flashback ke masa lalu niii... seruu yaa masa-masa yang terkenang dan tidak akan bisa diulang.. semoga sukses yaa mak ^_^

    BalasHapus
  5. Hiks !

    Mak ternyata dirimu pinter banget fiksinya...

    BalasHapus
  6. Mbak.. jujur aku jadi jatuh tenggelam nih... Larut bacanya.. Pinter banget sih bikin perasaan orang terhanyut :')
    Good luck ya buat GA-nya :))

    BalasHapus

Posting Komentar