Pandeglang dan Cilegon, Kota Tercinta

Assalamu'alaikum 

Hai, Salam kenal
Saya Lia, lahir di sebuah kota kecil yang sampai hari ini masih tidak punya Mall dan Bioskop, bernama Pandeglang ☺☺

Kata Mamah, saya lahir di rumah Nenek, dibantu oleh seorang Bidan Desa.
Sampai SMA, saya tinggal di sebuah kampung bernama Pasir Dangdeur, sebuah kampung yang berjarak 4 kilometer dari Jalan Raya. Tidak ada Minimarket atau Toko besar, hanya ada 2 warung dan 1 tukang nasi uduk. 

Untuk mencapai kota, butuh waktu setengah jam menggunakan ojek. Tidak ada angkot yang lewat depan rumah, bahkan sampai sekarang tahun 2018, masih belum ada angkot apalagi Ojek Online. Menjelang malam, suasana akan terasa sepi dan sedikit menakutkan karena tidak ada penerangan. Makanya, selepas Magrib saya tidak pernah berani keluar rumah kecuali saat ada acara perayaan di kampung seperti Maulid Nabi atau acara keagamaan lainnya. 

pemandangan pandeglang

Sepanjang jalan menuju kampung, mata saya akan disuguhi pemandangan seperti ini kalau sedang musim penghujan. Sawah akan terlihat hijau membuat mata segar. Setiap pagi, saya akan melihat matahari yang pelan-pelan muncul ke permukaan dengan indah sekali, pemandangan yang sulit saya lihat di tempat tinggal saya sekarang, Cilegon. 


sunrise

pandeglang

17 tahun hidup saya di habiskan di kampung indah ini, dimana aura kebersamaan dan gotong royong sangat kental sekali, sampai sampai saat kita bahagia satu kampung akan tau, dan saat sedih satu kampung juga akan tau. 

Selepas SMA, saya nggak kuliah. Saya hanya ikut kursus kerja selama 2 tahun. Di tahun pertama saya full kursus, di tahun kedua saya kursus malam hari, sementara siangnya saya bekerja. Saat itu saya direkrut tempat kursus untuk menjadi karyawan magang, yang di bayar Rp. 15.000 per hari dari senin sampai sabtu. Lumayan.. Setiap hari sabtu saya menerima gaji Rp. 90.000,- dan bisa menghadiahkan cincin emas pada adik bungsu yang sedang berulang tahun. 

Dari kecil hingga usia 17 tahun, tidak pernah sekalipun saya jalan-jalan ke kota, kecuali ke pasar Pandeglang. Kota Serang yang jaraknya 2 kali kota Pandeglang dari rumah saya, jadi kota yang Mewah saat saya mengunjunginya. Dan selepas SMA, saya dituntut untuk bisa mandiri, naik angkot,  naik elf, naik bus, dan masak sendiri di sebuah kota berjarak 2 jam dari kampung masa kecil saya, Cilegon.

Kata Orang, Cilegon itu kota baja. Disebut begitu mungkin karena di Cilegon ada pabrik baja terbesar di Asia Tenggara, bernama PT Krakatau Steel. Di kota ini, saya mengumpulkan rupiah dan mengumpulkan jodoh. hahaha enggak deng
Maksudnya, saya menemukan suami ☺☺

sampai hari ini, 15 tahun sudah saya menjadi warga cilegon. 5 tahun tinggal di kosan, dan 10 tahun tinggal di rumah sendiri. Meski Pandeglang akan menjadi tempat indah penuh kenangan dan di rindukan, Cilegon akan jadi tempat nyaman untuk menyambung asa dan masa depan, meski tidak senyaman udaranya karena panas luar biasa. Tapi, aku tetap cinta ☺

tinggal di cilegon

xo-xo
post signature

Komentar